Sebuah lattice adalah sebuah poset
(L,) yang setiap himpunan bagiannya {a,b} memiliki dua elemen
yaitu a least upper bound dan a greatest lower bound. Kita notasikan least
upper bound (LUB) ({a,b}) dengan ab dan kita sebut join antara a dan b, sedangkan greatest
lower bound (GLB) ({a,b}) dengan ab dan disebut meet antara a dan b. struktur lattice sering
terlihat dalam perhitungan dan aplikasi matematika.
Teorema 1
Jika (L1,) dan (L2,) adalah lattice, kemudian (L,) adalah lattice, dimana L= L1L2 dan partial order pada L adalah product
partial order.
Bukti:
Kita notasikan join dan meet dalam
L1 dengan 1 dan 1, secara berurutan, join dan meet pada L2 dengan 2 dan 2 secara berurutan, sehingga :
(a1,b1) (a2,b2) = (a11 a2, b1b2)
(a1,b1) (a2,b2) = (a11 a2, b1b2)
dengan demikian L adalah lattices.
Contoh 1
Pada himpunan S yang beranggotakan a dan b
-
ab = a b
-
ab = a b
Pengertian dari
a b dan a b
- a a b; b a b, maka (a b adalah sebuah batas atas ( an upper band ) untuk a dan b). kita dapat mengatakan demikian karena dari pertidaksamaan di atas terlihat bahwa a b selalu lebih besar atau sama dengan a atau b. sehingga dapat diambil kesimpulan a b adalah yang paling besar (upper bound).
- Jika a c dan b c, kemudian a b c maka a b adalah sebuah batas atas terendah (a least upper bound) untuk a dan b.
- a b a dan a b b maka a b adalah sebuah batas bawah untuk a dan b ( a lower bound) untuk a dan b.
- jika c a dan c b, kemudian c a b, maka a b adalah batas bawah terbesar (a greatest lower bound) untuk a dan b.
Isomorphic Lattices
Jika f: L1 L2 adalah isomorphisme dari poset (L1, 1) ke poset (L2, 2), kemudian pada teorema 4 (4.2) menerangkan bahwa L1 adalah
lattice jika dan hanya jika L2 adalah lattice. Faktanya, jika a dan b adalah
elemen-elemen pada L1, kemudian f(ab) = f(a) f(b) dan f(ab)= f(a) f(b). jika kedua
lattice adalah isomorphic sebagai poset, kita dapat katakan keduanya adalah
isomorphic lattices.
teorema 2
misal L adalah
Lattices, kemudian untuk setiaap a dan b dalam L
(a)
a b = b , jika dan hanya
jika a b.
bukti
anggap bahwa a b = b karena a a b= b , kita dapatkan a b. sebaliknya jika a b kemudian karena b b, b adalah an upper bound untuk a dan b, oleh karena itu
dengan definisi least upper bound kita peroleh a b b kareana a b adalah an upper
bound, b a b, sehingga a b= b.
(b)
a b=a, jika dan hanya
jika a b
bukti :
anggap bahwa a b = a karena a = a b a , kita
dapatkan a a. b adalah an upper bound untuk a dan b, oleh karena itu dengan
definisi greatest lower bound kita peroleh a b a kareana a b adalah a lower bound, a b a , a b= a.
(c)
a b=c jika dan hanya
jika a b= b.
Teorema 3
- Idempotan properties.
a a = a
a a = a
- Commutative properties.
a b = b a
a b = b a
- Associative properties
a (b c) = (a b) c
a (b c) = (a b) c
- Absorption Porperties
a (a b) = a
a (a b) = a
Teorema 4
1.
jika a b maka
a c b c
a c b c
2.
a c dan b c jika dan
hanya jika a b c
3.
c a dan c b jika dan
hanya jika c a b.
4.
jika a b dan c d maka
a c b d
a c b d
teorema 6
a a’ = I dan a a’ = 0 berarti a’
adalah komplemen a, dimana I adalah elemen terbesar (greatest elemen) dan 0
adalah elemen terkecil(least elemen).
Dengan demikian
:
0’ = I dan I = 0’
Teorema 7
a’ = a’’
misal a’ dan a’’
adalah komplemen untuk 0L, maka
a a’= I a a’’ = I
a a’= 0 a a’’ = 0
dengan aturan
distribusi didapat
a’ = a’ 0 = a’ (aa’’)
= (a a’) (a’ a’’)
= I (a’ a’’)
= a’ a’’
juga
a’’ = a’’ 0 = a’’ (aa’)
= (a a’’) (a’ a’’)
= I (a’ a’’)
= a’ a’’
sehingga dapat dikatakan bahwa a’ = a’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar